Pulau Rosette
Dikisahkan, saking makmurnya, di kerajaan itu bahkan sudah nggak ada lagi keluarga yang miskin. Masing-masing sudah lebih dari cukup untuk bisa memiliki rumah yang megah, kendaraan yang mewah, dan segala kemewahan lainnya. Tetapi rakyat kerajaan itu terlanjur berpikir bahwa tanpa pemerintahan pun kehidupan mereka sudah bisa makmur. Makanya sampai saat itu pun kerajaan itu nggak memiliki pemerintah—dalam hal ini raja. Tetapi lama-lama rakyatnya mulai berpikir bahwa bagaimana pun kerajaan mereka butuh pemerintahan. Minimal untuk mengurus masalah administrasi, dan mungkin hubungan dengan kerajaan lain—jika memang perlu.
Maka, diadakanlah fit and proper test yang dibuka untuk umum untuk menyaring calon-calon raja terbaik bagi kerajaan mereka. Dalam beberapa hari, beberapa pemuda datang melamar ke kerajaan tersebut. Bahkan orang-orang dari negeri seberang pun tertarik demi mendengar janji-janji tentang gaji dan segala kemewahan bagi raja terpilih.
Akhirnya terpilihlah satu orang. Sebelumnya, panitia pemilihan mengingatkan ke orang tersebut, “ingat wahai raja terpilih, masa jabatanmu hanya lima tahun. Berbuatlah sesukamu dalam masa itu. Tentunya kamu akan kami gaji, dan beberapa fasilitas kenegaraan juga akan menjadi milikmu. Tapi jangan lupa akan satu hal itu.”
“Tentang Pulau Rosette, maksud kamu ?” timpal sang raja terpilih.
“Ya, setelah masa jabatanmu habis, maka sesuai dengan undang-undang di kerajaan kami, kamu harus menghabiskan sisa hidupmu di pulau itu. Jangan tanyakan aku kenapa. Itu adalah hal yang sudah disepakati bersama antara warga kerajaan ini. Semoga kamu beruntung ...”
Tapi sang raja seperti sudah nggak memperhatikan lagi akhir omongan orang itu karena dalam otaknya kini sudah penuh dengan rencana-rencana pribadinya untuk membangun istana yang megah, membeli pulau wisata beserta isinya, dan lainnya. Ia seperti sudah nggak peduli dengan kabar-kabar yang beredar di masyarakat tentang Pulau Rosette itu. Dikabarkan bahwa pulau itu merupakan pulau tak berpenghuni yang belum pernah dijamah manusia. Bukan karena belum ada orang yang ke situ, tapi karena belum ada yang bisa bertahan di pulau itu lebih dari 5 menit. Menurut kabarnya, mereka yang datang ke pulau itu akan langsung diterkam binatang-binatang buas yang tersebar di penjuru pulau itu. Belum lagi hutan tropis yang begitu lebat yang juga menyimpan tumbuhan-tumbuhan carnivora di dalamnya.
Seperti yang diperkirakan sebelumnya, dengan berbagai gaji dan fasilitas yang ditawarkan, sang raja selama 5 tahun menjadi terlena. Kegiatannya tiap hari hanya hura-hura dengan mengadakan pesta, mengundang kerajaan-kerajaan tetangga. Selebihnya hanya sebagian kecil waktunya yang dihabiskan untuk menjalankan tugas sebagai seorang raja.
Setelah 5 tahun, pasukan kerajaan datang menjemput sang raja. Tok, tok, tok, mereka mengetuk pintu kamar sang raja. “Baginda raja, sesuai janji, sekarang saatnya kami mengantar Anda ke Pulau Rosette.” Sang raja bergetar hebat tubuhnya seraya menunjukkan keengganannya. Tapi nggak ada yang bisa dilakukkannya kecuali memberontak sia-sia ketika tangan-tangan kekar penjaga mencekeram lengannya dan menyeret sang raja untuk naik kapal menuju Pulau Rosette.
Sang raja pun ditinggal sendirian di pulau itu. Beberapa menit setelah kapal pasukan kerajaan meninggalkan Pulau Rosette, teriakan keras yang melolong dahsyat terdengar hingga radius beberapa mil. Tamat sudah riwayat raja pertama.
Begitulah tradisi aneh kerajaan tersebut. Setelahnya mereka pun kembali mengadakan fit and proper test yang kedua untuk memilih raja berikutnya.
Raja berikutnya pun sama saja. Tergiur oleh kemewahan-kemewahan yang ada, dia selama 5 tahun hanya menghabiskan gajinya untuk membeli barang-barang antik dan mahal dari seluruh dunia unutk memenuhi lemari-lemarinya. Maka, saat 5 tahun berakhir dan para pasukan kerajaan mengirimnya ke Pulau Rosette, kisah nan tragis pun berulang dengan sendirinya.
Nah, sekarang tiba giliran raja ketiga di singgasana kerajaan. Raja ini sedikit berbeda dengan para pendahulunya. Ia menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai raja, dan yang paling berbeda adalah dia menabung semua gaji yang diterimanya.
Gebrakan yang paling mengejutkan terjadi di akhir tahun pertama masa jabatannya. Rupanya dengan semua gaji yang ditabung selama ini, dibawanya pawang-pawang terbaik untuk menjinakkan semua binatang yang ada di Pulau Rosette. Bahkan dengan hewan-hewan itu, dia berhasil membuka kebun binatang di kerajaan.
Di akhir tahun kedua, dia membayar puluhan orang terbaik untuk pergi ke Pulau Rosette dan menebang habis semua pohon dan semak-semak yang ada. Lagi-lagi dengan semua gaji yang ditabungnya.
Di akhir tahun ketiga, dia membangun istana yang megah di Pulau Rosette. Pondok-pondok untuk dayang-dayang pun dia bangun di akhir tahun keempat bersamaan dengan dikirimnya ratusan dayang ke pulau itu. Hingga akhirnya di akhir tahun kelima sebelum masa jabatannya habis, dia mengirim seluruh keluarganya ke Pulau Rosette.
Saat pasukan kerajaan menjemput, “Pak, sudah saatnya kami mengantar Anda ke Pulau Rosette,” maka ini seperti sebuah momen yang ditunggu-tunggu olehnya sejak lama. “Ayo kita berangkat,” katanya singkat.
Begitulah kisah ini berakhir.
Singapore, 21 Juli 2006
Terinspirasi dari kisah yang diangkat oleh Ahadiyat, S.Sos
diambil dari majalah Annida
re-narrated by Radon
0 Comments:
Post a Comment
<< Home