Delicate, Delightful, Delicious
~A Blog

Tuesday, April 17, 2007

Psikologi Anak Sulung

Saya ambil cerita ini dari drama Jepang tahun 2000, Oyaji. Drama ini mengisahkan sebuah keluarga, orang tua dengan 3 anaknya. Namanya berturut-turut Sayuri (27 tahun), Suzu (20 tahun), dan Tadashi (18 tahun ?).

Tokoh utamanya adalah sang oyaji (bapak) yang keras kepala, tapi sebenarnya sangat sayang kepada anak-anaknya.

Sayuri, anak pertama dari keluarga ini. Model yang patuh, penurut, selalu membantu ibunya di dapur, nggak pernah bikin masalah untuk orang tua maupun keluarga. Setelah lulus kuliah, kegiatannya sekarang mengajar di sebuah SD swasta. Disebutkan kalau passion-nya memang untuk mengajar, selain memang dia suka sama anak-anak. Maka, karakter yang muncul di awal-awal adalah sosok seorang yang sabar dan penyayang pada anak-anak saat di sekolah, dan sosok kakak yang baik, sabar, tempat curhat, tempat bergantung bagi kedua adiknya di rumah.

Suzu, sebagai anak kedua, karakternya sangat beda dengan kakaknya. Lebih sporadis, terus terang, emosional, tapi menyenangkan, ceria, dan riang. Dalam berbagai kesempatan, karakter Suzu inilah yang paling mirip sifatnya sama oyaji. Dalam cerita, dia masih di bangku kuliah.

Lalu, ada Tadashi. Anak bungsu, laki-laki. Pundak dia berat dengan beban harapan bapaknya yang ingin suatu hari Tadashi meneruskan usaha klinik bapaknya. Kegiatan dia sekarang berkonsentrasi pada bimbingan belajar untuk masuk perguruan tinggi—jurusan kedokteran tentunya.

Drama ini kemudian diawali dengan Suzu yang berkeinginan untuk menikah dengan lulusan Todai yang baru dikenalnya 2 minggu lalu. Ketika dia bilang niatnya itu ke oyaji, langsung tanpa ba-bi-bu oyaji dengan nada tinggi bilang nggak setuju.

“Pokoknya bapak nggak setuju. Bagaimana mungkin kamu yang baru kenal sama cowok itu 2 minggu bisa langsung mutusin mau nikah. Dari dulu kamu nggak pernah konsisten sama keinginan kamu. Bisa jadi sekarang ngomong kayak begini, sebulan lagi sudah beda. Lagipula kamu kan masih kuliah. Nanti kuliahmu gimana?”

Begitu dijawab kalau dia akan meninggalkan kuliah, dan akan pergi bersama calon suaminya ke New York untuk bekerja, semakin marahlah oyaji.

Pada akhirnya, dengan emosi yang meledak, oyaji menyuruh Suzu untuk keluar dari rumah. Saat seperti inilah Sayuri berperan. Sayuri yang berusaha menenangkan adiknya yang juga sudah terbakar emosinya. Keinginannya untuk keluar rumah sudah di ubun-ubun. Tapi karena omongan-omongan dan nasehat-nasehat Sayurilah, Suzu akhirnya memutuskan tetap tinggal di rumah. Dia kemudian memilih pendekatan lain untuk memastikan oyaji mendukung rencana nikahnya.

Bukan sekali itu saja dalam keluarga ini ada masalah seperti itu. Pernah juga masalahnya menimpa Tadashi. Saat itu dia menyadari bahwa jalan menjadi dokter begitu panjang. Nilainya nggak kunjung membaik, sampai dia memberanikan diri bilang ke bapaknya kalau dia akan berhenti mengejar universitas. Dia ingin mencari jalan lain yang sesuai minatnya.

Bisa ditebak, oyaji marah besar mengetahui niat anaknya ini. Mereka berdua sampai bergumul di dalam rumah, yang diakhiri perginya Tadashi karena diusir juga. Lagi-lagi di saat seperti ini, Sayuri jadi tempat curhat Tadashi.

Lalu, bagaimana dengan Sayuri? Bukan berarti dia nggak punya masalah juga. Dia rupanya hamil dari seorang laki-laki yang sudah beristri. Umur janinnya sudah 4 bulan. Sudah 4 bulan juga lamanya dia merahasiakan hal itu dari semua orang—termasuk orang tuanya, sampai suatu malam saat semua kumpul di rumah, dia bicara. Seperti tersambar petir, oyaji langsung naik pitam. “Keluar kamu !!” pekiknya.

Dengan pikiran yang penuh, Sayuri langsung bergegas keluar dari rumah. Tentu saja ibunya dan adik-adiknya berusaha mengejar sambil mengajaknya kembali.

Di tengah hujan di malam hari itu, Sayuri sembari terisak bilang seperti ini di depan ibu dan adik-adiknya: “Kaasan, gomen ne. Aku udah capek jadi anak yang baik.”

“Dulu ketika Suzu lahir, aku langsung merasa begitu khawatir melihat betapa bahagianya ibu dan bapak menggendong dia. Begitu juga saat Tadashi lahir. Karena emang dia satu-satunya anak laki-laki, aku juga melihat begitu sayangnya ibu dan bapak ke Tadashi. Aku langsung merasa takut, kalau seandainya aku nggak jadi anak yang baik, nanti bapak sama ibu cuma sayang ke Suzu dan Tadashi, dan aku akan ditinggal. Karena itu aku belajar keras; bantu-bantu di dapur juga nggak pernah aku tinggalin; juga ngurusin Suzu dan Tadashi. Semuanya cuma untuk dapat pujian dari bapak dan ibu.”

Ibunya terdiam mendengar pengakuan Sayuri. Dalam guyuran hujan yang belum berhenti, Sayuri melanjutkan, “padahal sebenarnya, dalam perasaanku yang paling dalam, aku iri sama Suzu dan Tadashi. Aku cemburu. Ketika rencana pernikahan Suzu gagal, sisi lain diriku justru bergembira karenanya. Begitu juga ketika tahun lalu Tadashi gagal masuk universitas.”

“Nggak ada yang bisa mengerti aku. Aku bukan kakak yang baik. Pun sebagai anak, aku bukan anak yang baik buat bapak dan ibu.” Malam itu, di tengah guyuran hujan itu, Sayuri pergi.

* * *

Karakter Sayuri ini yang disebut oleh psikolog sebagai karakter umum anak sulung atau anak pertama. Lebih lengkapnya: serious, conscientious, directive, goal-oriented, aggressive, rule-conscious, exacting, conservative, organized, responsible, jealous, fearful, high achieving, competitive, high in self-esteem, dan anxious.

Hanya sebatas teori, tapi dari adegan tear-jerker di drama ini, kita setidaknya bisa mengetahui gagasan utama teori Alfred Adler, psikolog asal Austria yang meneliti tentang karakter anak berdasarkan urutan kelahiran di keluarga. Jadi, anak sulung, anak bungsu, anak tunggal, anak kembar, masing-masing memiliki kecenderungan karakter yang berbeda-beda kalau menurut teori Alfred Adler.

Walaupun penelitian-penelitian yang lebih baru menyimpulkan bahwa faktor urutan kelahiran kenyataannya hanya berpengaruh kecil, tetap menarik bagi orang tua maupun calon orang tua untuk mengetahui hal seperti ini. Di antara hal-hal yang disebutkan sebagai faktor penting pembentuk karakter anak adalah pendidikan dari orang tua dan posisi ekonomi maupun sosial sebuah keluarga.

Singapore,
Selasa, 17 April 2007


Bahan bacaan:
Table of Birth Order Characteristics, Dr. Stein
Birth Order-Firstborn, Wikipedia
"Bedanya Si Sulung dan Si Bungsu", Pikiran Rakyat

Labels: ,

19 Comments:

  • Hmm...sebenarnya waktu pertama saya baca judul postingan ini saya mengharapkan elaborasi yang lebih banyak dari segi pendapat pribadi Radon. Sayangnya kok penggambarannya yang justru lebih banyak. Jadi kira2 posisi Radon sendiri gimana?

    By Blogger Gita, at 6:07 AM, April 18, 2007  

  • teori urutan kelahiran-na adler y?
    menarik.

    keep posting psych articles d.

    By Anonymous Anonymous, at 9:16 AM, April 18, 2007  

  • gita>>
    :) Ya, aku juga lama2 ngerasa judulnya harusnya diubah jadi "Psikologi Sayuri" .. Anyway, sebenernya tulisan ini satu paket sama 3 referensi itu. Jadi, kalo mau tahu lebih detail ya baca link2 itu.
    Kalo opini pribadi, mirip sama 2 paragraf terakhir sih.

    dina>>
    Posting tentang psikologi? Well, ini sebenernya cuma gara2 lagi kesengsem sama cerita Oyaji. Jadi, kayaknya very unlikely aku nulis banyak tentang psikologi.
    Oh ya, ada yang mau nulis tentang Cho Seung-hui? Anyone?

    By Blogger Radon Dhelika, at 5:17 PM, April 18, 2007  

  • Haha, tuh orang kerjaannya,"detekke" mulu. Udah abis blom? Ntar lo bakal kaget sama peranan yang dikasi ke ibunya. SINJIRANNAI! Jauh lebih ngagetin daripada sayuri. 4 thumbs up lah buat oyaji. Asal oyaji-nya jangan jadi teladan aje :p

    By Blogger Iko, at 8:00 PM, April 19, 2007  

  • hwahaha hampir semua sifat anak sulung menurut ilmu psikologi itu ada di aku...
    directive,goal-oriented,rule conscious,organized,high achieving, competitive, dan yang paling sering ditekankan sama mama kalo marah adalah egois.
    Aku berasa kalo jadi anak sulung tuh berat banget, orangtua menuntut aku harus jadi contohlah, adek punya masalah di sekolah harus aku yang ngurus(apalagi adek laki2 banyak bikin ulah),sering ngerasa kebebanan banyak banget dan ngerasa banyak tuntutan.

    By Blogger Martha-Happy, at 9:42 PM, April 19, 2007  

  • i'm having fun being the oldest :).

    tanggung jawab akan selalu ada, mau kita anak keberapa pun..malah aku bangga jadi anak sulung. Adek2 selalu cerita apapun ke aku. Seneng rasanya, daripada tahu kalo adekku cerita ke orang lain. hehe :)

    kalo goal oriented, dari dalam diri kita bukannya selalu ada naluri buat ngelindungin adek2 kita yah? makanya kita selalu berusaha yg terbaik. karena kita jg mau adek kita dapet yang bahkan lebih baik dari kita :)

    cuma opini sih...

    By Anonymous Anonymous, at 10:19 PM, April 19, 2007  

  • iko>>
    Dah selesai kok nontonnya. Yah 7/10 lah.

    martha n fanny>>
    Hidup anak sulung!! :)

    By Blogger Radon Dhelika, at 8:58 PM, April 21, 2007  

  • huee.. saya juga anak pertama dan langsung "klik" gitu sama definisinya...

    dan somehow orang2 slalu bilang gw "ke-cici-an" ato something like that deh.

    i really have fun being the oldest. apa2 pasti dapet duluan. hehe. emang sih pasti musti ngalah, tapi rasanya karena sering ngalah itu membentuk gw jadi lebih nrimo dan sabar. Terus... The most fun being the oldest... Kalo dapet angpao pasti dapet amount paling gede.. wahahahahahaha

    By Anonymous Anonymous, at 1:44 AM, April 24, 2007  

  • kalo kata orang...

    anak sulung itu kualitasnya lebih bagus! Why? karna kualitas sperma dan ovum pembuatnya juga nomor wahid! Walo anggapan ini nggak applicable buat semua (dan entah sudah terbukti secara ilmiah ato tidak)...hai keyi laa...

    Jadi anak sulung enak banget menurutku. Kasih sayang berlimpah , tau hal2 yang adek nggak tau (misal waktu mama n bapak masih penganten muda kayak apa sih), pernah merasakan hal2 yang dulunya jadi hak istimewa (misal makan kue tart nggak usah mikirin bagi2 buat adek hehe :P), dan yang jelas lebih punya pengalaman.

    Dan senengnya aku sebagai anak sulung punya adek yang masi imut2! jaraknya 14 tahun sama yang paling kecil, jadinya ada yang dibuat mainan :P

    though... mau jadi oposisi Radon ah...

    Hidup anak bungsu!! :P

    *dan habis ini ikono harus traktir ane wafel karna sudah ane dukung :P

    By Blogger Gita, at 1:19 AM, April 25, 2007  

  • Oyaji TOP 9/10

    Btw ketemu link ini waktu lagi googling image Oyaji,,,

    Aku juga lagi bikin review nya,, habis ga ada kerjaan sih :P

    Sabar yah Don jadi anak sulung,, apalagi punya adik kaya' Iko,, =P
    Sabar,,, sabar,,,,

    --to Gita
    Hmm emangnya sperma ama ovum buat anak setelah anak pertama ga wahid? wah salah besar itu,, anak setelah anak pertama biasanya lebih mantab, khan bapak ibu udah lebih skillful dalam hal beginian, nah kalo anak pertama khan masih trial n error hahahaha,,,,,

    By Blogger DaNgDuT, at 8:26 PM, July 11, 2007  

  • Artikelnya bagus..
    saya baru membuat blog dengan tema psikologi, mgkin kt bisa saling bertukar pikiran, terima kasih

    salam kenal, fitri
    http://duniapsikologi.dagdigdug.com/

    By Anonymous Anonymous, at 10:21 AM, December 07, 2008  

  • Anak sulung saya koq sangat beda sekali yah dengan karakternya anak sulung pada umumnya. Apalagi seperti Sayuri (karakter yang digambarkan) malah anak kedua saya yang cocok dengan karakter Sayuri. Mungkin juga anak sulung saya tidak seperti anak sulung yang lainnya.
    Saya mencoba melakukan perbandingan dengan beberapa teman tentang perilaku anak sulung ternyata perilaku yang mirip dengan anak sulung saya tenyata tidak banyak. Saya jadinya kurang yakin dengan teori-teori urutan perilaku anak berdasarkan pengalaman pribadi

    By Anonymous Anonymous, at 10:15 AM, January 27, 2009  

  • Saya juga anak sulung, dan saya merasa begitu.. anak saya yang sulung juga sepertinya begitu...

    By Blogger Mary_Ann, at 9:42 AM, February 22, 2009  

  • Wah, kalau aku jadi anak sulung, kok berbeda dengan kebanyakan ya?, aku malah merasa tidak punyak adik (dikeluarga ada 2 sodara), soalnya aku jarang ada komunikasi ama adik, ortu bilang sih klo kami itu sama-sama egois, sharing dong gimana caranya antara adik dan kakak bisa harmonis....thanks.

    http://www.dbc-network.com/index.php?id=peluangbisnisoriflame

    By Blogger Pundy Utami, at 9:26 AM, April 07, 2009  

  • Wah, jadi inget dengan beberapa kjadian dirumah antara kaka, adik 1, adik2, adik3, adik4....
    crita yg mnarik

    By Anonymous mesalindari, at 1:46 AM, April 12, 2009  

  • bagus infonya kebetulan punya anak

    By Anonymous sinta, at 2:31 PM, August 24, 2009  

  • salam kenal terima kasih infonya

    By Anonymous nina, at 2:33 PM, August 24, 2009  

  • Seperti membaca novel saja ya, bagus juga buat saya untuk pembelajaran diri dan introspesni. Anyway thank you

    By Blogger elvi emiliya, at 12:25 PM, May 08, 2010  

  • Sekecil apapun pengaruhya, tiap orang tua tetep harus jeli, jangan sampai hal yang kecil ini jadi sandungan keluarga dalam membina keharmonisan... Wasapadalah!!!

    By Anonymous Irma, at 10:57 AM, June 21, 2010  

Post a Comment

<< Home