Delicate, Delightful, Delicious
~A Blog

Tuesday, June 26, 2007

A Man People Can Never Escape From

Dosen marketing saya menjelaskan tentang Michael Porter di lecture pekan kemarin. “So, this is Michael Porter, a man we can never escape from when learning marketing, organizational behavior, management, …”

Frase a man we can never escape from terdengar begitu “seram” di telinga saya. Memang, hanya permainan kata-kata, tapi membuat saya berpikir.

Seingat saya, 3 semester lalu saya juga sempat menemukan orang seperti ini—a man people can never escape from—di riset-risetan saya. Jadi, saat itu saya mengambil sebuah mata kuliah nggak wajib yang mengharuskan saya riset untuk topik pilihan sendiri. Entah dulu gimana ceritanya sampai saya terdampar di project berjudul “Techniques and Algorithms for Face Recognition in Surveillance.” Bidangnya lebih ke computer vision, pattern recognition, atau biometrics.

Pergulatan saya dengan paper-paper publikasi yang bahasanya aneh-aneh dengan tulisan-tulisan yang nggak mungkin bisa dimengerti dengan sekali baca mengenalkan saya pada 2 nama: M. Turk dan A. Pentland. Dulu saya memperhatikan kalau di setiap paper tentang face recognition setelah tahun 1991 yang saya baca, selalu ada 2 nama itu di bagian referensinya. Jadi, semua penulis paper pasti akan mereferensi ke publikasi milik mereka berdua yang sangat legendaris di tahun 1991: “Face Recognition Using Eigenfaces.”

Sampai kemudian saya berkesimpulan, rupanya 2 orang inilah yang membangun dunia face recognition. Sederhana sekali—hanya dari sebuah ide tentang sebuah algoritma pendeteksi image wajah dalam format digital, dinamakan Eigenface oleh mereka, dan ide itu sampai sekarang melahirkan banyak lagi algoritma-algoritma lainnya. Sebut saja Fisherface, metode Gabor, dan masih banyak lagi.

Begitulah. Mereka lah yang dulu saya sebut sebagai the man people can never escape from kalau mempelajari face recognition.

Michael Porter juga tampaknya seperti itu. Salah satu kontribusi dia di bidang marketing dan manajemen yang saya pelajari tempo hari adalah tentang the 5 forces analysis miliknya. Analisis ini terutama untuk analisis industri dan strategi bisnis.

Kalau seandainya orang-orang seperti Michael Porter atau Turk dan Pentland adalah Muslim, maka saya yakin tabungan amal mereka akan menumpuk banyak tanpa mereka sadari.

Bayangkan saja ada berapa banyak orang yang mempelajari marketing atau manajemen di seluruh dunia ini. Lalu di antara mereka ada yang terinspirasi, ada juga yang mungkin menggunakan analisis Porter untuk memulai start-up company dan sukses.

Pun dengan orang-orang yang mendalami face recognition. Setiap mereka pasti akan membaca paper Turk dan Pentland. Lalu di antara yang membaca itu ada yang mengembangkan algoritmanya, ada yang menciptakan algoritma baru, yang semuanya untuk pengembangan dunia face recognition. Maka 5 atau 10 tahun lagi kalau teknologi face recognition sudah mudah dijumpai di laptop, kamera, maka itu semua nggak lepas dari jasa Turk dan Pentland.

Mereka ini termasuk kelompok kedua yang disebut dalam sebuah hadits populer, yaitu sebagai anak Adam yang amalnya tetap tersambung dari ilmu yang bermanfaat, ‘ilmun yuntafa’u bihi.

Dalam area atau bidang lain juga tentu ada orang-orang seperti itu, tak terkecuali di ilmu-ilmu agama.

Dalam mempelajari Quran, pasti kita nggak akan bisa lepas dari menyebut nama Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, yang ilmunya kemudian turun temurun sampai Ibnu Katsir. Dari Ibnu Katsir lah terutama sekarang kita bisa mempelajari tafsir Quran.

Dalam bidang hadits, jelas kita nggak bisa menyangkal peran dan kontribusi Imam Bukhari atau Muslim. Walaupun masih ada kitab-kitab hadits lainnya dalam kutubussittah atau lainnya, tapi yang paling utama adalah 2 nama tersebut. Dalam kita mempelajari hadits, nama mereka nggak akan pernah lupa disebut. Dan juga sampai dengan Nasiruddin Al-Albani, muhaddits di abad ini.

Dalam fiqih juga banyak tokoh-tokoh yang banyak kontribusinya, mulai dari imam-imam mahdzab, sampai dengan Yusuf Qaradhawi yang bukunya tersebar di mana-mana.

Orang-orang ini mungkin dulu nggak pernah membayangkan kalau nama mereka akan setenar itu sekarang sampai-sampai setiap orang yang membahas bidang-bidang mereka akan secara sengaja atau pun tidak menyebut nama mereka; ilmu-ilmu mereka juga tersebar secara turun-temurun.

Semangat menjadi a man people can never escape from seharusnya menjadi semangat mahasiswa. Bukan, bukan dari aspek “keartisannya” yang dicari, tapi aspek semangat kontribusi bagi ilmu pengetahuannya. Karena pada dasarnya mahasiswa sedikit beda dengan siswa biasa—baik SD, SMP, maupun SMA. Perbedaan yang sedikit itu yang terkadang sering kita lupakan: mahasiswa dituntut untuk berkarya, berkontribusi. Makanya ada yang namanya skripsi, disertasi, atau tesis di akhir masa studi. Jadi, bukan cuma mengejar nilai dan gelar.

Sekarang, bayangkan kalau ada orang bertanya ke kita, “Sampeyan ngapain sekolah jauh-jauh, tinggi-tinggi sampai S2 atau S3 sih? Bukannya S1 aja udah cukup?”

Gimana? Kalau saya sih Insya Allah sudah mantap dengan jawaban saya.

Singapore,
Senin, 25 Juni 2007

Ini renungan buat saya pribadi yang pingin sekolah sampai bosan. Semoga buat teman-teman yang punya kesempatan bisa terus sekolah. Buat yang nggak, Insya Allah masih banyak jalan lain mengejar kebaikan.

Bahan bacaan:
"Face Recognition Using Eigenfaces", M. Turk, A. Pentland

Perlu dicoba:
Aplikasi face recognition di myheritage.com. Very recommended. Cuma harus register sebentar, upload foto, dan voila--ternyata kamu mirip artis!

Labels: ,

5 Comments:

  • Kalau seandainya orang-orang seperti Michael Porter atau Turk dan Pentland adalah Muslim, maka saya yakin tabungan amal mereka akan menumpuk banyak tanpa mereka sadari.

    Kalau mereka muslim, malah mereka tidak akan menemukan konsep-konsep orisinil karena orang islam lebih senang mengulang-ulang konsep lama (e.g. fiqih2 yg outdated, tafsir yg outdated) dan dilarang berinovasi (bid'ah).

    By Anonymous Anonymous, at 7:58 AM, July 17, 2007  

  • This comment has been removed by the author.

    By Blogger Azka Madihah, at 10:04 PM, August 15, 2007  

  • asw.

    kka radon, kok lama tak ada postingan baru?
    ayoayo, banyak yang nunggu lho. hhe.
    -makasii ya, blog kka banyak memberi manfaat. keren bgt da ah.-

    wasw.

    By Blogger Azka Madihah, at 12:31 AM, August 20, 2007  

  • kemarin adik perempuan saya yang sekarang kelas 2 di SMAN I Depok nanya gini,
    "kak, tau yang namanya Radon ga?"
    saya jawab, "ya dulu kak radon kelas 3 waktu aku kelas 1. kenapa?"
    "abis fenomenal amat. orang-orang, terutama guru-guru sering ngomongin radon-radon gitu."

    haha, saya jadi inget postingan kka ttg ini. nampaknya kka telah menjadi 'a man people can never escape from' di smansa depok dah. soalnya dulu wktu kka udah lulus pun emang masi sering diomongin di skul, trnyata ampe skarang pun masi. ^^


    terus adik saya nanya lagi,
    "ngomong-ngomong, orangnya ganteng gak kak?"

    saya jawab, "_______" (monggo mas diisi sendiri kira-kira saya jawab apa, hhehe)

    By Blogger Azka Madihah, at 9:34 PM, August 21, 2007  

  • *smile*
    semoga mereka yg pernah terdampar di sini, sudah terbebas dr 'penjara' polarisasi identitas & merasa (paling) benar.. :) gud luck!

    By Anonymous Anonymous, at 8:51 PM, August 05, 2012  

Post a Comment

<< Home