Dr. Sehat Sutardja: My Passion is in Analog
Kesan yang pertama saya dapatkan dari beliau adalah penampilannya. Agak kasual—atau lebih dekat ke nyentrik, malah. Sama sekali jauh dari bayangan setiap orang yang memikirkan penampilan seorang ilmuwan berkelas merangkap CEO perusahaan yang tentunya berjas rapi, elegan. Tapi, penampilan beliau kemarin sungguh eye-catching. Memakai atasan batik yang 2 kancing teratasnya dibiarkan terbuka dan bawahan jeans hitam, siapa pun nggak akan menyangka bahwa orang yang sedang bicara di depan lecture theatre itu adalah pemilik 65 paten. Sepatunya pun seperti sepatu anak muda; sepatu futsal dasar putih dengan garis merahnya yang melintang di bagian atasnya.
Tapi bagaimana pun juga beliau adalah CEO Marvell. Sebuah perusahaan fabless semiconductor yang paling dipercaya publik pada 2005. Marvell sendiri baru berdiri pada 1995. Saat itu hanya 3 orang yang memulai. Dikisahkan bahwa saat itu—saat belum punya reputasi apa-apa—sangat sulit untuk bisa merekrut orang untuk terlibat dalam perusahaan. “’Who are you in this semiconductor industry, anyway?’ kata teman-teman kuliah saya saat pertama saya ajak,” tutur Pak Sehat. Tapi sekarang, Marvell mendapat anugerah sebagai one of the best managed company in America dan nomor 1 di semiconductor company top ten list berdasarkan pendapatan tahunan dalam 5 tahun. Itu adalah hasil survey Forbes.
Kemudian Pak Sehat cerita tentang masa kecilnya. Saat itu kelas 6 SD saat beliau secara kebetulan melihat buku Fisika milik saudaranya. Di dalamnya kebetulan ada bahasan tentang listrik, rangkaian, dan sebagainya. “Sejak saat itu, saya langsung tertarik sama elektronika,” kata beliau. “Uang saku saya saat itu saya pakai beli resistor, kapasitor. Dan selanjutnya saya sudah bongkar-bongkar radio dan lainnya. Then I realized that my passion is in analog”
Pak Sehat besar di Jakarta sampai SMA sebelum kemudian menghabiskan waktu yang panjang di University of California, Berkeley di Amerika. S1 sampai S3 beliau di sana. Ya, setelahnya bisa ditebak. Memang sempat kerja dulu di sebuah perusahaan selama 6 tahun sebelum memutuskan untuk memulai perusahaan. Di tahun 2006 ini, penghargaan Inventor of the Year dari Silicon Valley Intellectual Property Law Association berhasil diklaim olehnya. Bukan penghargaan sembarangan, tentu saja.
Engineer sejati, saya pikir. Kuliah, Doktor, punya banyak penemuan, tapi nggak berakhir menjadi sekadar karyawan. Membisniskan temuannya, membuat perusahaan, mempekerjakan 3400 karyawan. Walaupun seorang CEO, tapi jiwanya masih jiwa engineer. Di talk itu, beliau sempat menunjukkan grafik quarterly income Marvell di presentasinya. Secara jenaka, beliau bilang, “But don’t ask me how to read those figures, OK. Because I’m not the one who made those graphs.” Langsung saja tawa hadirin meledak.
Lagi-lagi kita menemukan orang Indonesia yang sukses di luar negeri. Kali ini di Amerika. Selama talk, saya mencoba mencari tahu, kira-kira apa tips seorang Sehat Sutardja untuk bisa sukses sampai punya perusahaan besar seperti itu. Tapi saya sadar, ternyata itu-itu saja, nggak ada yang beda. Dan saya menjadi yakin, bahwa nggak ada yang baru dari rahasia kesuksesan orang dari zaman dulu sampai sekarang—atau sampai kapan pun. The same old trick.
Hal pertama yang berhasil saya tangkap adalah “do what you like to do”. Kalimat itu setidaknya keluar 3 kali dari mulut Sehat Sutardja saat talk kemarin. Memang itu yang beliau alami sendiri sejak kecil, di mana kegemarannya sejak kecil nggak jauh-jauh dari elektronika. Maka sampai kuliah pun beliau mendalami itu. Disertasi Doktoralnya pun penelitiannya di bidang analog electronics. “My passion is in analog,” itu yang beliau bilang sejak awal.
Rasanya agak mirip dengan Hermawan Kartajaya yang menemukan dunianya di marketing. Padahal dulu beliau alumni Teknik Elektro ITS. Tapi karena merasa jenuh kuliah di elektro, akhirnya pindah haluan ke ekonomi, dan sukses menjadi ikon marketing.
Yang kedua, tentunya kerja keras. Resep lama. Omongannya yang menarik adalah, “bahkan seorang pemain basket pun butuh latihan rutin—sebutlah 6 jam sehari. Saya pikir itu sangat membosankan. Makanya saya bukan seorang pemain basket sekarang. Tapi kalau menghabiskan 6 jam sehari di lab untuk mendesain IC, itu sangat menarik buat saya. Makanya sekarang saya jadi seperti ini.”
Yang ketiga, “to give your best,“ katanya. Marvell mengaku nggak pernah setengah-setengah dalam berkreasi. “Kami selalu menuntaskan pekerjaan. Selalu mendesain yang terbaik, dengan kualitas terbaik. Anda bisa lihat, kami nggak akan pernah mau berbisnis dengan perusahaan-perusahaan kelas dua,” ujarnya sambil menunjukkan daftar partner Marvell di presentasinya, seperti Asus, Cisco, Fujitsu, Ericsson, Hitachi, Panasonic, Lucent Technologies, Gigabyte Technology, dan masih banyak lagi. “Karena hanya perusahaan kelas satu yang menilai tinggi kualitas yang kami tawarkan,” lanjutnya.
Singapore,
Jumat siang, 4 Agustus 2006
Labels: Cerita
8 Comments:
assalamualaikum..
radon punya blog tho..huhu..baru nemu ni...link boleh??
By Anonymous, at 2:44 PM, August 04, 2006
Nggak nyangka ada orang Indonesia yang sehebat dia...
Nggak nyangka mas Radon ternyata hebat bisa mengulas dengan lugas, menarik, seperti layaknya wartawan profesional...
By Anonymous, at 4:10 PM, August 04, 2006
Buat fanny:
Wa'alaikumussalam. Sebenernya sih bukan blog; blog-blog-an lah. Monggo kalo mau di-link ... makasih.
By Radon Dhelika, at 4:35 PM, August 04, 2006
Saya baru selesai baca forbes edisi agustus 14, 2006. Di dalamnya ada artikel tentang beliau. Menarik untuk dibaca, terutama tentang cara mereka memimpin perusahaan tersebut. Tidak semua orang terutama yang di Wall Street dalam hal tersebut.
By B-a-r-r-y, at 6:07 AM, September 01, 2006
Buat Mas Barry:
Sebenarnya yang lebih menarik lagi kalau membahas tentang orang-orang seperti Sehat Sutardja ini adalah tentang respon orang Indonesia yang lambat.
Selalu saja orang indonesia telat tahu tentang keberadaan orang2 seperti ini.
Saat talk itu, teman saya yang lulusan ITB di akhir acara mendekati dia, mengundang ke ITB. Katanya jadwalnya penuh tahun ini, dan most likely tahun depan baru bisa.
Menurut teman saya itu, ITB akan sangat beruntung kalo bisa ngundang orang seperti itu. terutama dengan proyek BHTV-nya sekarang ini. Siapa tahu dia nanti tertarik untuk investasi--atau minimal ngasih ide2nya.
By Radon Dhelika, at 7:10 AM, September 01, 2006
Assalammualaikum wr wb.
boleh ya, saya link dari MP saya, untuk memotivasi orang2 =D
makasih..
wassalam
By Anonymous, at 8:55 AM, October 20, 2007
4 thumbs up
[ bd bd ]
By diena marhamah, at 12:23 PM, September 01, 2009
Sangat-sangat menyenangkan mendengar kesuksesan orang lain seperti Mr. Sehat , trims atas sharingnya Pak Radon , salam kenal
By Coretan Harian, at 6:44 PM, November 30, 2010
Post a Comment
<< Home