Delicate, Delightful, Delicious
~A Blog

Tuesday, September 05, 2006

The Long-Awaited Unsolved Problems

Saat kita masih sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan trivial semacam “lebih dahulu mana, ayam atau telur?”, ilmuwan-ilmuwan di seluruh dunia mungkin sekarang sedang berkutat dengan penelitian-penelitian untuk memecahkan persoalan-persoalan yang masih belum terjawab selama beberapa dekade, atau bahkan beberapa abad.

Tanggal 22 Agustus lalu tiba-tiba saja nama seorang matematikawan Rusia, Grigori Perelman, langsung mencuat ke permukaan. Hampir semua media massa internasional—tak terkecuali di Indonesia—meliput keberhasilan pria berumur 40 tahun itu mendapatkan penghargaan bergengsi Fields Medal atas kontribusinya membuktikan Poincaré conjecture. Namanya menjadi semakin terkenal—atau kontroversial—karena ia menolak menerima penghargaan itu dan juga menolak untuk hadir di kongres. Poincaré conjecture sendiri adalah suatu konjektur yang diajukan oleh Henri Poincaré kira-kira seabad yang lalu.

Bagi matematikawan, penghargaan Fields Medal yang diserahkan 4 tahun sekali di kongres Internasional Matematika adalah yang paling bergengsi. Gengsinya setinggi penghargaan Nobel.

Sebenarnya, di tahun 2006 ini, ada 3 nama selain Grigori Perelman yang berhak mendapatkan penghargaan Fields Medal. Hanya saja, nama Grigori Perelman-lah yang paling mencengangkan dunia matematika Internasional. Ia berhasil membuktikan salah satu dari tujuh persoalan terbesar di dunia matematika yang belum terjawab. Saya tadinya berpikir bahwa dunia matematika sulit untuk berkembang lagi. Semua teorema dan rumus-rumus sudah ditemukan. Rasanya akan sulit untuk bisa menciptakan lagi teori semisal kalkulus yang bisa menjadi sumber inspirasi dunia matematika.

Makanya saya cukup dibuat kaget disodori judul-judul persoalan di matematika yang belum terpecahkan tersebut. Walaupun memang, membaca judulnya saja membuat keriput di dahi semakin bertambah. Daftarnya adalah sebagai berikut: P vs NP, Hodge conjecture, Poincaré conjecture, Riemann hypothesis, Yang-Mills existence dan mass gap, Navier-Stokes existence dan smootness, dan Birch and Swinnerton-Dyer conjecture.

Clay Mathematics Institute (CMI) menyebut ketujuh pertanyaan tadi sebagai Millenium Prize Problems. Mereka menjanjikan hadiah tunai 1 juta US Dollar bagi siapa pun yang pertama bisa memecahkan persoalan tersebut. Dan, Grigori Perelman berhasil memecahkannya! Menurut Terry Mart, dosen Fisika UI, karya-karyanya diklaim oleh dia sendiri bisa menyelesaikan 2 persoalan Matematika topologi terbesar abad ini, yaitu Poincaré conjecture dan Thurston geometrization conjecture.

Majalah ilmiah Nature sudah meramalkan bahwa ia akan mendapatkan penghargaan Fields Medal tersebut. Menariknya, para reviewernya membutuhkan 3 tahun sejak tahun 2003 saat karya Perelman diajukan untuk bisa membuktikan kebenaran hasil karya Perelman itu.

Saya begitu terkesan mengetahui seluk beluk dunia science dan the long-awaited unsolved problems yang sama sekali jarang terekspos oleh media ini. Bahkan, ketika mengetahui ada 7 persoalan matematika yang belum terpecahkan, saya jadi tertarik untuk mencari tahu apabila ada hal serupa untuk Fisika. Dan, ternyata Wikipedia mendokumentasikan semuanya dengan cukup komprehensif.

Ada banyak rupanya fenomena-fenomena alam yang masih dicari penjelasan ilmiahnya di bidang Fisika, seperti accelerating universe, Baryon asymmetry, corona heating problem, electroweak symmetry breaking, high-temperature superconductors, universe symmetry, dan masih banyak lagi. Rupanya pertanyaan-pertanyaan seperti “apa yang menyebabkan sesuatu memiliki massa?”; “mungkinkah struktur turbulensi dipetakan?”; “apa asal ketidaksimetrisan alam semesta ini?”; “mengapa korona memiliki suhu lebih panas dibandingkan permukaan matahari?” adalah yang membuat sibuk fisikawan-fisikawan sekarang.

Tapi yang paling menarik dalam dunia Fisika saat ini adalah perlombaan perumusan Theory of Everything (TOE). Ini adalah teori hipotesis yang bisa menjelaskan dan menghubungkan semua fenomena di Fisika, termasuk menghubungkan 4 gaya utama dalam Fisika: gravitasi, elekromagnet, interaksi lemah, dan interaksi kuat. Ada banyak yang mencoba merumuskan TOE ini selama 1 abad terakhir, tapi sampai sekarang belum ada yang bisa menghasilkan teori yang bisa dicoba hasilnya secara eksperimen. Banyak kalangan yang mengemukakan bahwa keberhasilan perumusan TOE akan merubah cara pandang manusia terhadap alam semesta dan isinya.

Dari itu semua, yang paling merangsang saraf imajinasi saya adalah fakta di biografi Grigori Perelman yang menyebutkan bahwa dia adalah peraih medali emas di olimpiade Matematika Internasional ketika usianya 16 tahun. Seketika itu juga harapan-harapan saya membuncah. Suatu hari nanti, Indonesia pun akan seperti itu. Nanti nama-nama seperti Jonathan Pradana Mailoa, Pangus Ho, Irwan Ade Putra, Andy Octavian Latief, dan M. Firmansyah yang akan muncul di headline berita-berita internasional sebagai penerima Nobel atau Fields Medal. Kalau bukan sekarang, minimal satu generasi lagi.

Atau, barangkali Anda juga tertarik? Mungkin menciptakan lawannya Theory of Everything, Theory of Nothing?

Singapore,
Senin malam, 4 September 2006

Bahan bacaan:
http://www.newyorker.com/printables/fact/060828fa_fact2
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0608/28/ilpeng/2906089.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Poincar%C3%A9_conjecture
http://en.wikipedia.org/wiki/Millennium_Prize_Problems
http://en.wikipedia.org/wiki/Unsolved_problems_in_physics

Labels:

3 Comments:

  • Ooh, klo Theory of Nothing, gw udah bikin beberapa postulatnya, Don, dan diperkuat juga oleh sedikit aksioma yang mungkin akan lebih sah jika hipotesanya terbukti.

    Theory of Nothing:





    There is Nothing Else You Can Do if You See MR. OFFICER on Your Way.

    Be Afraid.. Be very Afraid...

    By Anonymous Anonymous, at 2:05 PM, September 05, 2006  

  • Dari artikel The New Yorker itu ketahuan kalo China udah cukup berada di garda depan science dan tech. ya. Hebat!

    By Blogger Enda Nasution, at 4:17 PM, September 05, 2006  

  • kok aneh ya?rasanya , ketujuh problem yang diposting di CMI itu kurang lengkap tanpa kehadiran Continuum Hypotesis..hehehe

    By Anonymous zzzaxis, at 12:28 PM, February 25, 2010  

Post a Comment

<< Home